Kamis, 14 Mei 2009

Batik Tak Sampai

Sebuah karya desain yang kuajukan dalam ajang Lomba Rancang Etnik Perempuan Citra tahun 1999, membawaku menjadi salah satu finalis di ajang bertaraf nasional itu. Mengusung tema "Batik Tak Sampai", gara-gara aku malas menggambar detil motif batik, jadilah final desain yang bermotif acak.
Satu set rancangan busana ini membuatku bolak-balik ke studio batik Bandung punyanya pak Hasan (almarhum) untuk membuat beberapa meter kain batik yang kuinginkan. Kuning-coklat, nuansa alam. Berpadu dengan kuning emas atau coklat gelap berkilau, kain sutera dan katun serta sifon yang juga membuatku bolak-balik ke King's textile center di Dalem Kaum. Masih ada lagi bolak-balik lainnya, selain ke ATM untuk mengambil modal kerja (hhh...), juga bolak-balik Bandung-Jakarta untuk bertemu dengan panitia hingga dewan juri.
Aku tidak mendapat gelar apapun di ajang itu, tapi pengalaman, tentu banyak sekali. Setelah event itu, aku memang sempat 'jatuh miskin', tapi jadi sangat kaya dengan pengalaman. Apapun, kusyukuri pengalaman ini. Jadi 'ketagihan' ikutan lomba lagi. Hihi... ;)

Selasa, 14 April 2009

LRBM NOOR 2009

Tahun ini... ke-4 kalinya aku ikut LRBM (Lomba Rancang Busana Muslim) yang diselenggarakan majalah NOOR. Pengalaman seru ketika berdebar-debar mengejar tenggat waktu penyelenggaraan, lalu berharap cemas lagi mengenai kemungkinan lolos-tidaknya.
Selama ini biasanya aku cukup (tidak) puas untuk lolos ke babak pra-kualifikasi, masuk dalam jajaran 40 besar. Tahun ini karya rancanganku sebetulnya mungkin lolos ke dalam kelompok 40 besar (hehe... menghibur diri, nih, ceritanya), tapi ternyata hanya 20 semifinalis yang langsung 'dipajang' di halaman dalam majalah NOOR, dan aku tidak termasuk salah satunya. :(
Memang tahun ini rasanya aku kurang optimal menggarap materi lomba. Konsep desainnya sih kurasa cukup mantap, untuk mendaur ulang bahan pakaian lain, juga gaya tukar-pasang yang membuat koleksi busana kita seolah tak terbatas. Sangat cocok dengan konsep eco-fashion yang diusung LRBM NOOR tahun ini. Sketsanya yang kubuat agak asal. Hehe... Kakakku selalu bilang, gaya busana yang kuikutsertakan dalam lomba masih 'kalah gila', kurang heboh, gitu. Makanya belum bisa lolos jadi salah satu finalis (tapi isi kepalaku yang keras ini berkata, "Emangnya bakal ada orang yang mau, pakai baju 'luar biasa' ke... undangan nikahan sekalipun?" :p)
Tapi biarlah... saya sharing sketsa desain busana itu di sini. Enjoy it.

Senin, 06 April 2009

Lomba Pertama



Tahun 1999 lalu merupakan 'debut' pertamaku di ajang lomba rancang busana. Rancang Etnik Perempuan Citra. Ajang rancang busana etnik yang kupilih batik dengan judul "Batik Tak Sampai". Simple saja, sebetulnya karena aku malas menggambar detil motif. Makanya motif sengaja kubuat tak selesai. Supaya terdengar agak 'manis', judul pun meniru penggalan pepatah, jadilah "Batik Tak Sampai".


Masuk ke dalam jajaran 10 finalis di ajang lomba berskala nasional itu tentulah satu kebanggaan, dan tak bisa disangkal, kerepotan yang sekaligus menguras tabungan. Ha!!! Waktu itu, kebetulan waktu penyelenggaraannya nyaris bersamaan dengan pembagian rapor anak-anak di sekolah. Wah... kesibukan luar biasa deh pokoknya. Ngolah nilai, nulis rapor, ngasih komentar penyemangat buat anak satu persatu (30 anak, je!), ditambah lagi bolak-balik ke studio batik bandung, tempatku membuat batik, terus dilanjut dengan seri pertemuan dengan penjahit, ngebatik lagi, ke Jakarta lagi untuk fitting, dsb dsb, dan akhirnya... malam final.

Sebagai finalis nomor 10, karya rancang busanaku tampil paling akhir dari keseluruhan peragaan. Aku sempat melihat dengan tenang peragawati-peragawati itu bolak balik di atas panggung, naik-turun catwalk. Sayang, kami tak boleh mengambil gambar dengan flashlight. Sayang banget. Jadi aku tak bisa memotret mereka. Baju-bajuku dibawakan 6 peragawati top Indonesia, dan di bagian akhir, Arzetti bersebelahan denganku, mengenakan salah satu gaun. Sayang, aku tak punya dokumentasi foto apalagi video, padahal siaran ulangnya tayang di salah satu tivi swasta lho. :(

Selasa, 31 Maret 2009

Saat Muslimah Beranjak Remaja

Diterbitkan di majalah Ummi edisi Januari-Februari 2002
Gaya remaja saat itu (tahun 2002-an), pasti bedalah dengan gaya remaja saat ini (2009-an). Dunia fashion terus berkembang, meninggalkan yang 'kuno' tertinggal di belakang, atau kembali ke gaya klasik yang selalu asyik (nggak pernah ketinggalan jaman, gitu...), itu tentu kembali kepada pilihan kita masing-masing. Tapi jika yang kita ikuti adalah gaya mode yang ditetapkan al Quran, untuk menutup aurat sekemampuan kita, tentu akan selalu up to date, bukan? ;) Remaja ataupun dewasa, yuk kita pakai busana muslimah.
Menutup aurat dengan pakaian taqwa merupakan kewajiban setiap muslimah. Masa akil baligh adalah saat dimulainya pelaksanaan perintah Allah tersebut. Bagi remaja, tentu factor gaya menjadi pertimbangan tersendiri. Mereka tak mau lagi berpakaian seperti kanak-kanak, tapi juga tak ingin bergaya seperti ibunya.
Berikut ini Ummi pilihkan beberapa gaya busana yang pantas dikenakan remaja ke acara-acara ‘gaul’ mereka.
Busana pertama, gaun terusan dengan lengan setali yang menggunakan renda dan bisban sebagai aksen. Tambahan pita di kiri-kanan gaun yang dikenakan di atas kaos lengan panjang ini menjadi semakin manis.
Busana kedua, setelan tunik dan celana panjang berpipa lurus dengan aksen kombinasi warna dan border yang menimpa jahitan tindas sebagai batas antara kedua warna.
Busana ketiga, setelan tiga potong yang terdiri dari kaos putih berleher tinggi yang dipadukan dengan rok atau kulot lebar, ditambah dengan baju luar berupa modifikasi tunik yang beraksen kancing di bagian pinggang.
Gaun-gaun di atas ini tentu saja ditujukan untuk para remaja, jilbaber pemula yang masih aktif dengan kegiatan mereka yang menuntut mobilitas yang tinggi dan keleluasaan gerak. Langkah berikutnya, mereka dapat dikenalkan dengan gaun-gaun yang lebih feminin (D. Utami)