Selasa, 14 April 2009

LRBM NOOR 2009

Tahun ini... ke-4 kalinya aku ikut LRBM (Lomba Rancang Busana Muslim) yang diselenggarakan majalah NOOR. Pengalaman seru ketika berdebar-debar mengejar tenggat waktu penyelenggaraan, lalu berharap cemas lagi mengenai kemungkinan lolos-tidaknya.
Selama ini biasanya aku cukup (tidak) puas untuk lolos ke babak pra-kualifikasi, masuk dalam jajaran 40 besar. Tahun ini karya rancanganku sebetulnya mungkin lolos ke dalam kelompok 40 besar (hehe... menghibur diri, nih, ceritanya), tapi ternyata hanya 20 semifinalis yang langsung 'dipajang' di halaman dalam majalah NOOR, dan aku tidak termasuk salah satunya. :(
Memang tahun ini rasanya aku kurang optimal menggarap materi lomba. Konsep desainnya sih kurasa cukup mantap, untuk mendaur ulang bahan pakaian lain, juga gaya tukar-pasang yang membuat koleksi busana kita seolah tak terbatas. Sangat cocok dengan konsep eco-fashion yang diusung LRBM NOOR tahun ini. Sketsanya yang kubuat agak asal. Hehe... Kakakku selalu bilang, gaya busana yang kuikutsertakan dalam lomba masih 'kalah gila', kurang heboh, gitu. Makanya belum bisa lolos jadi salah satu finalis (tapi isi kepalaku yang keras ini berkata, "Emangnya bakal ada orang yang mau, pakai baju 'luar biasa' ke... undangan nikahan sekalipun?" :p)
Tapi biarlah... saya sharing sketsa desain busana itu di sini. Enjoy it.

Senin, 06 April 2009

Lomba Pertama



Tahun 1999 lalu merupakan 'debut' pertamaku di ajang lomba rancang busana. Rancang Etnik Perempuan Citra. Ajang rancang busana etnik yang kupilih batik dengan judul "Batik Tak Sampai". Simple saja, sebetulnya karena aku malas menggambar detil motif. Makanya motif sengaja kubuat tak selesai. Supaya terdengar agak 'manis', judul pun meniru penggalan pepatah, jadilah "Batik Tak Sampai".


Masuk ke dalam jajaran 10 finalis di ajang lomba berskala nasional itu tentulah satu kebanggaan, dan tak bisa disangkal, kerepotan yang sekaligus menguras tabungan. Ha!!! Waktu itu, kebetulan waktu penyelenggaraannya nyaris bersamaan dengan pembagian rapor anak-anak di sekolah. Wah... kesibukan luar biasa deh pokoknya. Ngolah nilai, nulis rapor, ngasih komentar penyemangat buat anak satu persatu (30 anak, je!), ditambah lagi bolak-balik ke studio batik bandung, tempatku membuat batik, terus dilanjut dengan seri pertemuan dengan penjahit, ngebatik lagi, ke Jakarta lagi untuk fitting, dsb dsb, dan akhirnya... malam final.

Sebagai finalis nomor 10, karya rancang busanaku tampil paling akhir dari keseluruhan peragaan. Aku sempat melihat dengan tenang peragawati-peragawati itu bolak balik di atas panggung, naik-turun catwalk. Sayang, kami tak boleh mengambil gambar dengan flashlight. Sayang banget. Jadi aku tak bisa memotret mereka. Baju-bajuku dibawakan 6 peragawati top Indonesia, dan di bagian akhir, Arzetti bersebelahan denganku, mengenakan salah satu gaun. Sayang, aku tak punya dokumentasi foto apalagi video, padahal siaran ulangnya tayang di salah satu tivi swasta lho. :(